Suara takbir berkumandang dan bergema memuji kebesaran Allah langit dan bumi menjadi saksi atas kebesarannya. Dia telah memilih makhlukNya yang terbaik sebagai rasulnya mah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang memiliki sifat jujur dan penuh kasih sayang.
Telah mengabadikan keutamaan akhlaknya ini. Dialah hamba pilihan Allah pandangan wajahnya memberikan cahaya kebahagiaan yang menyejukkan hati dan menanamkan jiwa yang gelisah dan duka. Keagungannya telah menghiasi lembaran zaman.
Dikala cahaya pagi itu memancar sinarnya betulkan nur ilahi menyambut kedatangan hari raya Idul Fitri, Idul Fitri orang sukacita menghiasi kalbu orang-orang yang telah berpuasa di bulan Ramadan. Dina bermandikan perayaan. Berduyun-duyun lelaki, wanita, dan anak-anak membanjiri lapangan untuk melakukan salat Idul Fitri. Mereka datang dengan pakaian serba bagus dan memakai wewangian yang harum semerbak. Terbayang keriangan di wajah-wajah mereka.
Takdir dan Tahmid menggema bersahut-sahutan mengagungkan kebesaran Ilahi. Aluran suara takbir menggelora syahdu titik mereka yang hadir tunduh khusuk pasrah kepada robbul Izzati. Beberapa saat kemudian Idul Fitri pun berakhir dan kesan yang dari gema khutbah yang sesaat berakhir. Terbayang wajah-ada yang telah Medan jihad maka menitik air mata Kerinduan akan indahnya surga.
Kemudian setelah itu kaum muslimin saling bermaafan dan bergegas pulang ke rumah saling berkunjung pada saudara dan keluarga sementara itu anak-anak masih bermain berlari-larian di sekeliling lapangan tempat salat.
Allah Shallallahu Alaihi Wasallam bersama kaum muslimin hendak Mengayunkan langkah ketika terpandang oleh Beliau wajah seorang anak yang kurus kering pucat pasi dan berpakaian compang-camping duduk menyendiri di sebuah sudut lapangan sambil menangis tersedu-sedu. Rasulullah mendekati Seraya yang mulia pada bahu anak itu dan bertanya Mengapa engkau menangis wa Hai anakku?
Tanpa memandang wajah Nabi anak itu menolakkan tangan Beliau dan berkata:" biar saya sendiri Saya sedang bermohon ke hadirat AllahAllah".
Rupanya anak ini tidak menyadari bahwa yang nya itu adalah Rasulullah. Mendengar jawaban anak ini nabi kembali kan Tangannya di atas anak itu, kemudian bertanya dengan suara mesra dan lemah lembut mengajuk hati anak itu " tetapi wahai anakku Ceritakanlah kepadaku apa yang telah menimpamu? "
Rasulullah adalah seorang yang Arif bijaksanabijaksana, suaranya telah membangkitkan bagi anak yang sedang berduka itu. Dengan kepala yang disembunyikan di antara kedua lututnya, anak itu menjawab sambil terisak-isak menahan tangis. " bagaimana saya tak akan bersedih, Bapak saya meninggal dalam peperangan melawan musuh nabi, sedangkan ibu saya telah kawin lagi di suatu tempat yang lain. Saya pergi mengikuti ibu saya tetapi Pak tiri saya telah mengusir saya. Milik saya telah dihabiskan orang. Pada hari ini anak-anak lain bergembira dan tertawa bersukacita, tetapi alangkah Malangnya nasib saya saya tak mempunyai makanan untuk dimakandimakan, Tak memiliki pakaian untuk dipakai, dan tak memiliki tempat untuk bernaung dari teriknya panas matahari dan dinginnya hujan. Hidupku merana dan sedihsedih. "
Jawaban anak ini telah menitipkan air mata Nabi Muhammad, namun beliau berusaha tersenyum untuk membangkitkan gairah dan semangat anak yatim yang berduka cita itu. Terus memandang anak yatim itu, sedang kedua, matanya tergenang air mata Seraya berkata:" wahai anakku, janganlah engkau berduka cita lagi aku pun telah kehilangan ayah dan ibu ketika kecil. "
Tangan nabi masih saja mengusap kepala anak itu penuh kasih sayang merasakan sejuknya belaian tangan orang yang memperhatikannya mendengar perkataan yang lemah lembut, timbullah keberanian anak yatim itu Endang wajah Nabi yang dari tadi mengajukan pertanyaan kepadanya. Dengan memberanikan diri anak yatim itu mengangkat kepalanya melihat orang yang tidak dikenalnya. Tetapi setelah terpandang olehnya wajah nabi yang segera dapat dikenalnya, tak terkirakan rasa malunya.
Rasulullah memahami hal yang tersitersirat. Untuk Menyenangkan hati anak yatim itu, nanti segera berkata: " wahai anakku bila aku menjadi ayahmu Aisyah menjadi ibu
Dan Fatimah menjadi kakakmu akan bahagia kah kamu?
Mendengar perkataan nabi anak yatim itu segera mengagumkan kepala. Kemudian menuntutnya pulang ke rumah. Sesampainya di rumah segera memanggil Aisyah berkata Aisyah ini ada seorang anak untukmu.
Aisyah segera memandikan anak itu dan memberi pakaian sebaik-baiknya yang dapat disediakannya dan memberi makan. Selesai anak itu makan Aisyah berkata kepadanya:" nah Pergilah sekarang bermain-main anakku dan kemudian Pulanglah lagi ke sini".
Betapa sukacitanya anak yatim itu ya melompat-lompat kegirangan dan segera berlari menuju lapangan tempat anak-anak bermain kayaknya anak itu di lapangan, anak-anak yang lain melihat perubahan yang sangat tiba-tiba itu. Mereka berdiri mengelilingi anak yatim itu dan menanyakan apa yang terjadi sehingga ia kini tampak rapi dan segar bugar. Mendengar pertanyaan anak-anak yang mengelilinginya, anak yatim itu menceritakan kepada mereka apa yang baru saja dialami.
" Budi baik dan kasih sayang nabi dan sekeluarganya terhadapku telah memberikan nikmat kebahagiaan yang dapat meringankan aku dari cerita dan kesusahan karena ditinggal mati ayahku" ucap anak itu.
Mendengar cerita anak itu salah seorang di antara anak-anak yang mendengar berkata dengan cemburu. " alangkah baiknya sekarang ini apabila Ayah kita meninggal pula seperti ayah anak ini Dan Kita akan memperoleh kasih sayang nabi".
Sifat santun nabi terhadap anak-anak yatim lahir dari jiwa yang mulia mana tuntunan ilah. Sejak kecil nabi tidak merasakan kasih sayang ayahandanya karena telah ditinggal wafat sebelum beliau lahir ke duniadunia.
Sementara ibunda nabi wafat sewaktu sewaktu beliau masih kecil. Oleh karena itu kepahitan hidup tanpa Ayah Bunda telah Membekas pada pribadi nabi. Dalam wahyu-wahyu Suci yang disampaikan nabi, selalu didengungkan kepada umat manusia agar senantiasa bersifat kasih sayang kepada sesamanya.
" Barang siapa tidak mempunyai sifat kasih sayang, maka Allah tidak akan mengasihinya pula" demikian sabdanya.