AGENTIKET Web.Id: Rembang
Tampilkan postingan dengan label Rembang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rembang. Tampilkan semua postingan

Selasa, 13 Mei 2025

Sunan Suro Sunan Geseng (Seren Sulang Cerita Rembang 1)

Konon ceritanya, ketika Sunan Bonang yang sedang berdakwah di desa Bonang, sekarang termasuk kota Lasem Kabupaten Rembang, tentunya juga berdakwah di daerah sekitar Lasem, Rembang. 

Hiduplah seseorang yang tinggal di desa seren termasuk wilayah Kecamatan Sulang, Adapun pekerjaan orang tersebut adalah petani menanam pohon sirih untuk dijual kepada yang membutuhkan. Pada masa itu sirih merupakan komoditas dagang yang berharga. Daunnya banyak digunakan nginang dan pengobatan.

Di sisi lain, pada waktu itu, saat Sunan Bonang sedang giat-giatnya menyiarkan agama Islam, tak henti-hentinya Sunan Bonang bersiar agama Islam. Karena itu, kemanapun Sunan Bonang pergi, tujuannya tidak ada lain hanyalah bersiar demi perkembangan agama Islam. Tidak hanya terbatas daerah-daerah di sekitarnya bermukim. Di saat-saat tertentu Sunan Bonang juga melakukan dakwah ke berbagai daerah hingga berhari-hari atau berbulan-bulan. Pada suatu hari Sunan Bonang mengunjungi seorang muridnya bernama Jalut Sukma Jati yang tinggal di sebuah bukit. Sekarang terletak di sebelah timur desa Landoh Kecamatan Sulang. Bukit tersebut akhinya disebut juga tapaa. Artinya sebuah tempat untuk bertapa. Di situ Sunan Bonang mengajarkan agama Islam kepada muridnya yang bernama Jalut Sukmajati tersebut hingga beberapa hari.

Selesai mengajarkan ilmu agama kepada Jalut Sukmajati Sunan Bonang bermaksud meninggalkan tempat itu untuk pindah ke tempat muridnya yang lain.

Berangkatlah ia dengan berjalan kaki menuju ke arah barat. Tidak lama berikutnya sampailah perjalanan Sunan Bonang ke desa Seren. Di desa Seren itu Sunan Bonang melihat seseorang yang sedang sibuk membersihkan tanahnya dan tanaman sirih. Maka Sunan Bonang lalu bertanya: "ki sanak, apa yang sedang kamu lakukan ?" Tanya sunan Bonang kepada lelaki yang sedang sibuk membersihkan tanaman sirih tersebut. 

"Sedang babad sirih " jawab orang yang ditanya tersebut, setelah dapat jawaban seperti itu Sunan Bonang segera melanjutkan perjalanannya.

Pada hari berikutnya, orang yang tinggal di desa Seren itu melakukan pekerjaannya lagi. Yaitu menebang tanaman sirih miliknya, batang dan daunnya sudah mengering.

Dan secara kebetulan di saat yang sama Sunan Bonang melewati Orang itu lagi. Kali ini karena Sunan Bonang sudah dikenal ketika lewat yang pertama kali beberapa saat yang lalu, oleh laki-laki penebang batang sirih itu, laki-laki itulah yang menegur Sunan Bonang terlebih dahulu. " He, Sunan Bonang, apa nama yang cocok untuk diriku ?" tanya laki-laki penebang batang sirih itu. "Apakah kamu belum punya nama Ki Sanak" jawab Sunan Bonang balik bertanya.

" Belum !"jawab laki-laki penebang sirih. 

Karena laki-laki itu mengaku belum punya nama Sunan Bonang hanya diam membisu, beberapa saat kemudian memerintahkan agar daun yang sudah kering dikumpulkan. Sunan Bonang kemudian mengajarkan ilmu ilmu agama kepada laki-laki baru dikenalnya tersebut. Pelajaran agama yang diberikan antaralain tentang surga dan neraka. Hidup setelah mati serta surga neraka. Setiap manusia pasti akan mati. Surga adalah tempat segala kenikmatan. Sebaliknya neraka adalah tempatnya segala siksa. Api di neraka panasnya berlipat-lipat dibanding dengan api di dunia. Selesai memberikan pelajaran tentang agama Islam. Sunan Bonang pun melanjutkan perjalanannya.

Setelah Sunan Bonang berlalu, Laki-laki yang belum punya nama itu jadi penasaran. Bagaimana cara membuktikannya, apakah benar kata yang diucapkan oleh Sunan Bonang itu, bahwa api neraka panasnya berlipat-lipat dibanding api di dunia. Andaikata benar, seberapa panas api neraka, padahal api di dunia panasnya sudah bukan kepalang.

Terdorong oleh rasa penasaran, daun sirih yang sudah mengering itu oleh laki-laki yang belum punya nama tersebut dibakarnya. Dalam waktu sekejap api sudah menyala-nyala. Dan di saat api menyala itulah kemudian terjadi keanehan. Ketika laki-laki tak bernama itu berjalan dekat api yang menyala, tiba-tiba kakinya terpeleset. Setelah laki-laki tak bernama, tersebut tercebur ke dalam kobaran api, lagi-lagi keanehan telah terjadi. Laki-laki itu tidak merasa kepanasan. Hanya kulitnya tampak geseng-geseng. Setelah api padam, akhirnya laki-laki tak bernama tersebut duduk termenung meresapi keanehan yang terjadi. 

Di saat laki-laki tak bernama itu termenung, tiba-tiba Sunan Bonang datang untuk yang ketiga kalinya. Sunan Bonang segera berkata, " Ki Sanak, kenapa tubuhmu terlihat geseng-geseng ?" tanya Sunan Bonang. Maka yang ditanya segera menjawab." Aku tercebur api." jawab laki-laki tak bernama itu.. Mendengar jawaban itu Sunan Bonang lalu berkata lagi" Kamu mengaku belum punya nama. Karena tubuhmu geseng oleh kobaran api, mulai sekarang kamu kuberi nama Geseng.

Tentang pemberian nama itu, laki-laki tersebut menerimanya dengan senang hati. Dan perkembangan berikutnya, karena Geseng tetap bersedia menjadi murid Sunan Bonang untuk mempelajari agama islam. Ia tetap tinggal di desa Seren hingga akhir hayatnya, dan jasadnya dimakamkan di desa itu juga.

Adapun ceritera berikutnya yang berkembang di Sulang Kabupaten Rembang, Sunan Geseng terkenal dengan sebutan Sunan Suro Hal ini dikarenakan setiap tanggal 1 Suro makamnya banyak dikunjungi orang untuk sekedar berziarah. Demikianlah ceritera tentang Sunan Geseng yang berada di Seren Sulang. Nama sama dengan kejadian serta tempat berbeda. Wallahu a'lam bish showab